
Ini mengenai sebuah pemerintahan yang bisa hidup hanya karena mengemis UTANG dan memeras PAJAK.
SBY selalu mengklaim berhasil membuat perekonomian
Utang
Perhatikan bunga SUN yang 10-12%!!! Sementara pinjaman ke IMF bunganya hanya 4-5% saja. SBY demi gengsi tapi tidak berpikir jernih dan ekonomis. Untuk bayar yang 4-5% saja sudah kembang kempis dan senin kemis, kok malah bikin utang dengan bunga yang dua kali lipat lebih tinggi? BODOH…!!!!
Apanya yang bertumbuh kalau disatu sisi, utang
Berikut catatan utang pemerintah pusat sejak tahun 2000 berikut rasio utangnya terhadap PDB:
ini adalah posisi jumlah utang
Tahun 2000: Rp 1.234,28 triliun
Tahun 2001: Rp 1.273,18 triliun
Tahun 2002: Rp 1.225,15 triliun
Tahun 2003: Rp 1.232,04 triliun
Tahun 2004: Rp 1.299,50 triliun
Tahun 2005: Rp 1.313,29 triliun
Tahun 2006: Rp 1.302,16 triliun
Tahun 2007: Rp 1.389,41 triliun
Tahun 2008: Rp 1.636,74 triliun
Tahun 2009: Rp 1.589,78 triliun
Tidak ada bukti bahwa SBY mampu mengendalikan ekonomi
Siapapun yang jadi Presidennya, mampu membangun Negara ini lewat utang yang besar!!!
Fakta-fakta serta temuan Badan Pemeriksa Keuangan dan Komisi Pemberantas Korupsi menyatakan bahwa sejak 1967 hingga 2005 pemerintah baru memanfaatkan utang negara sebanyak 44 persen. Sisanya tidak pernah dimanfaatkan oleh pemerintah untuk pembangunan. “Transaksi utang luar negeri selama ini justru membebani.
Selama pemerintahan Presiden SBY, sepanjang tahun 2005-2008, peningkatan utang negara naik rata-rata Rp 80 triliun per tahun. Angka penambahan jumlah utang rata-rata ini mengalahkan utang pada era Orde Baru, yakni Rp 1.500 triliun dalam jangka 32 tahun atau sekitar Rp 46,875 triliun per tahun. Sementara di era pemerintahan Megawati selama 3.5 tahun, utang cuma meningkat Rp 12 triliun, atau 4 triliun per tahun.(Soalnya Megawati sibuk menjual BUMNnya (Privatisasi BUMN) buat mengurangi utang luar negeri tersebut)(kompas.com)
Kesimpulan mengenai utang
1. Menjual asset bangsa(BUMN).jaman Megawati.
2. Gali lobang, tutup lobang. Jaman SBY.
Sungguh bangga saya punya pemimpin yang kreatif mengakali utang luar negeri.
Sekarang mengenai pajak…!!!
Mengembar-gemborkan kampanye pembayaran pajak oleh rakyatnya. Dengan sedikit aroma “ANCAMAN”, bahwa yang melanggar akan bla…bla…blaa.
Mengandalkan pajak sama sekali bukanlah membuat ekonomi yang bertumbuh. Pajak yang terlampau ketat, terutama terhadap industri, akan membuat sektor tersebut melemah dan semakin tidak mampu bersaing dengan produk luar negeri yang terus menerus menggerus industri di Indonesia.
Sementara pajak tersebut terlampau banyak macam dan rupanya.
PPH21, PPN, PBB, Pajak kendaraan bermotor dsb…dsb…
Konsekuensinya, seharusnya SBY mengembalikan pajak yang diambilnya dari duit rakyat itu, untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyatnya. Dengan merangsang pertumbuhan ekonomi dari dua sektor yakni Industri dan Agriculture(Pertanian, peternakan dan perkebunan)yang sejatinya akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang menganggur.
Kesalahan SBY adalah saat memeras pajak bergaya komunis (ketat, penuh ancaman, penekanan yang berstruktur), tapi setelah dapat uangnya bergaya kapitalis(masa bodoh sama kemiskinan,masa bodoh dengan pengangguran, masa bodoh dengan usaha kecil dan menengah, masa bodoh dengan urusan orang2 urban).
Kemiskinan hanya diakali dengan Dana ‘Suap’ BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang Rp 100.000;/bulan/kepala rumah tangga yang sama sekali tidak mendidik orang miskin agar bertahan hidup tanpa menggantungkan diri pada dana ‘kampanye’ gelap yang dikatakan oleh GJA pada Gurita Cikeas.
Seharusnya pemerintahan yang sehat, tidak hanya mengandalkan PAJAK dan HUTANG untuk membiayai Negara.
Pemerintah seharusnya bisa hidup dari pendapatan BUMN nya seperti :Telkom, PLN, PAM, KAI,Bea Ekspor-import, PELNI,PERTAMINA dsb…dsb…
Namun sampai saat ini, pemerintah telah GAGAL membuat BUMN di Indonesia menjadi kendaraan ekonomi yang bisa menghasilkan untung.
Anehnya setelah dijual ke luar negeri/ privatisasi, perusahaan Negara yang menjadi perusahaan bersama-sama itu kok bisa untung. Salah satu contohnya Indosat.
Tentang PERTAMINA, kenapa bisa rugi terus menerus, sementara perusahaan penyedot bahan tambang dari luar negeri seperti Exxon mobil, Caltex,
Masih ingat kasus
Bahkan
Kalau begitu usir saja Caltex dan Exxonmobil dari tanah air kita!!! Sehingga rakyat negeri ini mampu memperoleh manfaat dari kekayaan alam negeri sendiri.
Apa bedanya perusahaan2 Amerika Serikat itu dengan VOC yang pernah menjajah
Bedanya VOC tidak pernah setoran kepada penguasa di
SBY….CUUUAAAAPPEE DEHHHH……!!!!!!
SUMBER:
http://www.i-dus.com/2010/03/ekonomi-indonesia-yang-salah-urus.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar